Balasan Untuk Marmoet : Tentang Kapitalisme Perkembangan di Indonesia/Parepare

Balasan Untuk Marmoet : Tentang Pembangunan & Perkembangan Kapitalisme di Indonesia
Pertama, yang ku terangkan sebelumnya hanya menjadi dampak-dampak yang sering terjadi, bukan hanya soal dampak lingkungan, tapi kuterangkan juga bagaimana kemudian buruh-buruh atau pekerjanya, apakah akan dipekerjakan secara layak ? apakah hak normative nya (diatur dalam UU) akan diberikan ? itu hanya menjadi contoh hal-hal yang sering kali terjadi sebagai buah dari sebuah pembangunan kawasan Industri. 

Kedua, harus di ketahui sebelumnya bahwa semenjak runtuhnya komune paris, ekonomi global telah ter-Upgrade. Liberalism yang telah cacat pengembangannya berganti menjadi ekonomi global yang lebih massif dan tetap membawa semangat eksploitatif. Jatuhnya rezim Orde Lama-atas sebuah peristiwa pemberangusan kaum (Genosida)-yang kemudian menghantarkan Soeharto beserta rezim orde barunya sebagai “the only Hero”. Semangat penghisapan orde baru ternyata berjalan bareng dengan semangat eksploitasi kelompok imperium-yang pada waktu itu di intervensi oleh AS cs. 

Memanfaatkan “kapitalisme cangkokan” sisa colonial belanda, orde baru melanjutkannya dengan “jidat yang telah ber-stempel-kan Neoliberalisme”. Gencar semangat pembangunan pun dilakukan, legalitas pembangunan pun dicipta hingga membuat Undang-undang bak semacam catatan anggaran atau investasi yang masuk, orde baru juga eksis dikanca perekonomian global, lalu lalang dari lingkaran satu ke lingkaran yang lain. bahkan Masa depan rakyat dijadikan jaminan hutang. 

Abad 21 menjadi bukti bahwa kapitalisme telah menapaki titik-titik tertingginya. Walau demikian-karena pada hakekatnya pun, dalam perkembangan kapitalisme, ia akan selalu melukai dirinya sendiri-krisis sering kali terjadi,biasanya disebabkan oleh  over produksi. Bukti krisis fase imperium kapitalisme ini, ialah meningkatnya jumlah kematian, pengangguran, rakyat miskin, semakin bertambahnya (ditemukannya) virus/penyakit baru, krisis manusia (peperangan ; Aleppo, rohingya, dll.), issue rasis meningkat, dll. Semuanya tidak hanya membuktikan terjadinya krisis ditubuh system abad millennium ini tapi juga memberikan tontonan yang seharusnya Kakak Marmoet dan saya sendiri mampu menganalisa, bahwa konstalasi politik global tengah rapuh dan kacau balau. Bahkan terpilihya Trump “kemarin sore” tak memberikan signifikansi terhadap mekanisme pasar yang ada, dan telah terjadinya krisis kepercayaan terhadap rezim AS DKK di IMF. Tidak hanya itu, kelompok imperium baru mulai bermunculan, seperti Rusia DKK yang tengah merapatkan barisannya (BRICS), dan badan keuangan-bagi Negara2 yang telah cabut diri dari IMF-juga telah memulai pondasi didataran Amerika Latin (ALBA). 

Konstalasi politik yang tak menentu inilah yang kemudian memaksa Indonesia menjadi Negara yang “oportunis”, ia tak memihak AS cs, dan ia juga tak berkongkalikong dengan Rusia Dkk. Akhirnya apa, mega proyek hasil perselingkuhan di meja WTO (World Trade Organization) pun tak berjalan. Itulah yang mengakibatkan berubahnya visi pembangunan MP3EI yang dirangkaikan dengan rilisnya pengembangan Ekonomi Jokowi-JK Jilid I, II, III, IV, dan seterusnya. Konstalasi politik yang tak menentu ini juga memaksa Rezim Jokowi-JK kembali “memadu kasih” di berbagai lingkaran setan, entah itu dengan hubungan bilateral atau pun multilateral. 

Tersendaknya KIPAS tak hanya dipengaruhi oleh pembebasan lahan yang tak kunjung usai dilakukan Pemkot, tapi juga karena cacatnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang memang terlahir premature oleh ibu tiri GATS-WTO. Setelah KIPAS, kini muncul KAPET buah hasil dari perselingkuhan hubungan bilateral Indonesia, Brunei, Malaysia, dll. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pembangunan kawasan industry harus juga didukung oleh pembangunan infrastruktur pendukung, seperti rel kereta api, pelabuhan internasional, dll. Selain itu, daerah-daerah “dengan otoritasnya” dipaksa dewasa mengkonsolidasikan pasarnya, itulah mengapa kelompok-kelompok pasar diberbagai daerah pun mulai muncul (Contoh ; BOSOWA, MAMMINASATA, AJATAPPARENG, dll.) Nah kak Marmoet yang cakep, baik hati dan tidak sombong, itulah mengapa “Adik kecilmu” ini berani mengatakan bahwa semangat pembangunan Rezim Jokowi-JK hari ini tidak lah didorong atas keinginannya melakukan pemerataan pembangunan atau karena “disentralisasi” yang diungkap kakak sebelumnya. Daerah (salah satunya Parepare) hanya menjadi “kelinci percobaan” atas eksperimen ekonomi global yang tengah dilanda krisis.

Oleh : MD

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama