#Puisi : Maskulin Tepian Mata

Bukankah kau telah pergi
Tetapi mengapa bayangmu masih di sini?
Pada sendi-sendi pandang menari
Malah betah tak mau pergi
Seolah memelas disemayamkan abadi
Untuk dikenang tiap hari
                                               
Seiringan angin berhembus sipu
Semburat pesona melipu
Selepas detik itu
Semilir indah menderu Ialah durjamu

Kembali sanda rikuh terpaku
Kali keempat dibuat bungkam membisu
Rantus terleka sekejap waktu
Oleh senyummu

Hati yang selalu rapat tertutup
Telah ditakluk
Memecah hingga menembus jiwa
Seketika meneguk beribu alasan dan binasa
Aduhai tatap matamu...

Pare-pare, 16 Agustus



Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama