Pergerakan mahasiswa/pemuda
prakemerdekaan cukup greget dan politis karena sudah membicarakan
tentang nation/nesion. Sebut saja pergerkan BOEDI OETOMO di tahun 1908 yang
kemudian di kenal dengan sumpah pemuda 1928, karena pengaruh dari pergerakan
tersebut, dan sudah di anggap sudah modern di kala itu, dan hingga saat ini
pergerakan itu masih terkenang di ingatan banyak mahasiswa saat ini. Meskipun
dalam buku SANG PEMULA dan buku TETRA
LOGI yang di tulis oleh PRAMUDYA ANANTATOER
dan di perkuat dalam buku PRAMUDYA DAN KISAH TENTANG INDOSIA yang di
tulis oleh AKBAR TJ., bahwa pada tahun
1906 ada organisasi pemuda SAREKAT PRIYAI yang lebih dulu dan di anggap maju
serta lebih modern dari Organisasi BOEDI OETOMO. ( catatan, gerakan mahasiswa bersama gerakan buruh tani bersama
mengorganisir diri untuk melakukan gerakan masa)
Dimasa pra kemerdekaan banyak kalangan mahasiswa yang beranggapan bahwa kuliah tidak cukup
hanya nilai baik kemudian kerja dan menikah, akan tetapi mayoritas beranggpan
bahwa mahasiswa atau seorang pemuda harus berfikir politis jika
ekonimi/perekonomian sebuah bangsa ingin
maju. Pemikiran politis tentunya tidak cukup juga jika hanya ada di kepala
tetapi harus di implementasikan dalam sebuah gerakan massa.
Selain di massa prakemerdekaan, juga di massa pacsa
kemerdekaan gerakan maha siswa masih berpikir politis. Di sekitar tahun 60an
gerakan maha siswa melakukan pergerakan yang arahnya kea rah politis, meski
arah politiknya pada massa itu tidak di dasari oleh analissa yang kaut tentang
ke adilan dan kemanusian tetapi gerakan pada massa itu sangatlah politis. (catatan, tahuan 60 an gerakan mahasiswa
dan gerakan buruh moderat)
Setelah orde lama berakhir, munculah orde baru yang sangat
dictator yang sangat mengekang kebebasan demokrasi, meski demikian, sekitar
tahun 70 an gerakan mahasiswa masih ada bermunculan untuk melukan gerakan
politik dengan kekuatan massa, dan pada masa itu banyak aktivis mahasiswa yang
gugur karena melakukan gerakan massa dan di anggap melawan pemerintah sehingga
pemerintah meredamnya dengan cara represif. Dan banyak aktivis mahasiswa yang
di hilangkan oleh pemerintah, hingga saat ini masih banyak yang belum ketahuan
kemana hilangnya para aktivis mahasiswa tersebut.
Disekitar tahun 90an gerakan mahasiswa masih terus
bermunculan hingga di ujungnya gerakan mahasiswa dengan gelombang massa yang
besar mammpu mengguling kekuasan dictator soehato, tepatnya di tahun 1998 yang
di kenal hingga sekarang dengan sebutan gerakan REFORMASI 98. catatan, gerakan mahasiswa mengorganisir
buruh-buruh untuk melukan aksi massa
secara bersama, karena pada massa itu gerakan buruh sudah di matikan oleh rezim
dictator.
PASCA REFORMASI HINGGA
SAAT INI.
Gerakan mahasiswa pasca reformasi berangsur semakin menurun,
baik secara gerakan massa atau secara
kesadaran, sekitar tahun 1999 hingga tahun 2000an gerakan mahasiswa
masih ada yang bergerak secara politis akan tetapi tidaklah massive seperti tahun
90an dan semakin moderat.
Di tahun 2000 an hingga saat ini gerakan mahasiswa semakin merosot baik secara
gerakan atau secara perspektif, gerakan mahasiswa saat ini lebih bergerak
kearah normative saja dan semakin sectarian, seakan opini pemerintah dibenarkan
oleh kaum muda ini, bahwa mahasiswa harus kuliah dengan baik agar mendapat
nilai yang bagus kemudian kerja dan menikah membangun rumah tangga yang
SMW(Sakinah Mawadah Warohmah).
Jika di lihat secara sejarah yang telah di papar di atas
meski singkat, gerakan pemuda harus berpikir kritis dan politis. Jika di lihat
dari propaganda pemerintah bahwa kuliah
yang baik dan mendapatkan nilai baik seakan bias memenuhi kecupannya secara
ekonomi dan politik, akan tetapi pada kenyataan nya saat banyak sarjana yang
menjadi pengangguran dan pemerintah tidak bias menyediakan lapangan keerja.
Tujuan membangun rumah tangga yang harmonis dan berkecukupan hanya tingga mimpi
belaka meski nilai dalam kuliahnya sangat baik, terkecuali bagi mahasiswa yang
orang tuanya pejabat atau pengusaha mungkin akan bedahal, karena tinggal
melanjutkan apa yang di kerjakan porang tuanya, akan tetapi sangat sedikit yang
mempunyai kesempatan itu bagi mahasa siswa.
Pelajaran yang menarik dari sebuah kejadian yang di lakukann
oleh ZAADIT ketika mengacung kan kartu kuning sambil tiup pluit pada jokowi,
dan langsung di amankan oleh paspamres. Kejadian yang heroic itu mungkin biasa
saja ketika pada saat pra kemerdekaan atau pada saat tahun 60an atau tahun 70
an, karena gerakan mahasiswa yang masih massive dan berpikiran politis. Akan
tetapi pada situasi saat ini di anggap salah banyak juga yang mencibir, tetapi
ada juga yang membela. Kejadian semacam
itu seakan sudah kuno dan norak karena saat ini harusnya mahasiswa belajar saja
dengan baik.
Situasi gerakan mahasiswa saat ini yang berada dalam titikk
nadir/ miris tidak sesuai dengan julukannya MAHA-SISWA yang harus berpikir
kritis dan politis, bukannya hanya sekedar berpikir ekonomis. Meski ada
gderakan mahasiswa yang kristis tetapi sangat sedikit dan mayoritas kegiatannya
masih sedekar dalam ruang diskusi, dan tidak di implementasikan dalam
kehidupannnya nyata. Dan saat ini mahasiswa seakan tidak meyakini bahwa “BURUH
ADALAH SOKO GURU REVOLUSI” sehingga mahasiswa saat ini memandang bahwa buruh
tidak perlu di rangkul dan di organisir, hal ini berbanding terbalik dengan
sejarah gerakan mahasiswa ibdonesia.
Saban Alang Fatahillah (Seknas Sentral Gerakan Buruh Nasional)
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.