Belajar Dari Sosok Kartini


“Menyandarkan diri kepada manusia samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah adalah hanyalah satu, siapa yang sesungguhnya mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun, ia benar-benar bebas” (Surat R.A Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1990)

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879. Kartini adalah simbol kebangkitan dan pergerakan wanita yang langkahnya diilhami oleh nilai-nilai ajaran Islam. Terlahir sebagai putri dari seorang Bupati Jepara menyebabkan dirinya dikungkung oleh adat istiadat yang mengharuskannya mengasingkan diri dari dunia luar sampai ketika memiliki suami. Kartini berupaya untuk lepas dari keadaan yang merantainya tetapi beban yang dipikulnya terlalu berat sehingga membuat pikiran dan mentalnya matang lebih cepat dari yang seharusnya.

Sejak ia masih muda hingga akhir hidupnya, ia memiliki kebiasaan membaca buku. Waktunya banyak dihabiskan untuk memberi makan jiwanya yang lapar akan pengetahuan, pencerahan, kasih dan keadilan yang tidak bisa dia dapatkan dari sekolah. kebiasaan yang dipeliharanya ini pula yang mendorong Kartini sangat sering melakukan korespondensi. Karena perkataannya tidak diamini oleh orang-orang yang ia harapkan, segala keinginan dan perlawanannya ia tuliskan diatas kertas kepada sahabat-sahabat lintas negara yang dikenalnya melalui tulisan-tulisan yang diterbitkan dalam sebuah majalah dengan harapan agar keinginannya mendapatkan respon baik dari sahabat-sahabatnya. Hanya untuk sekadar meyakinkan bahwa pemikiran akan kebebasan dan kepedulian akan pendidikan bukan hanya dimilikinya seorang. Kumpulan surat R.A Kartini yang menginspirasi banyak orang terutama kaum wanita sepanjang masa bisa didapatkan dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Terbatasnya ruang gerak sebagai seorang bangsawan tidak menghalangi keinginan besarnya untuk mengabdikan diri kepada kebajikan serta memajukan peradaban dan pendidikan kaum wanita agar kelak wanita memiliki posisi yang layak dan bersifat egaliter dengan kaum laki-laki. Pada saat itu, keberadaan wanita di Jawa tidak lain hanya menjadi manusia yang termarginalkan. Kezaliman yang dianggap kelaziman ini sangat menyakiti hati Kartini. Dia menginginkan agar wanita mendapatkan pendidikan layaknya laki-laki. Bagaimanapun, banyak wanita di Jawa memiliki kecakapan khusus dalam berbagai bidang tapi tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengembangkannya. Pikiran Kartini dipenuhi oleh mimpi besar dibalik umurnya yang masih tergolong muda. Untuk itu, Segala kesulitan dihadapinya dengan teguh termasuk perselisihan yang kerap kali terjadi diantara Kartini dan keluarganya. Di sisi lain, Kartini sangat menghargai dua manusia yang telah merawatnya dari kecil. Tak terbesit sedikitpun niat di hatinya untuk mematahkan hati ibu bapaknya.

BACA TULISAN DI RUBRIK SOSOK LAINNYA DISINI

Keinginan yang terus dia pupuk memicu dilakukannya segala hal agar dapat keluar dari belenggu yang mencambuknya terus-menerus. Tiada lain yang bisa dilakukannya selain tegak berdiri melawan ketidakadilan yang terjadi padanya. Kartini menolak tunduk pada kekejaman zaman dan memilih untuk menemukan jalan baru diantara kemungkinan buruk yang mengancamnya saat mengambil langkah nyata untuk mewujudkan impiannya.  Betapa tidak, dia sama sekali tidak mendapat dukungan dari seorangpun di sekitarnya. Bukannya menyerah, semangatnya kian membara untuk lepas dari belenggu adat-istiadat demi mewujudkan cita-cita besarnya. Tak henti-hentinya ia melakukan perjuangan untuk kebahagiaan masyarakat luas.

Pada akhirnya beberapa sekolah berhasil didirikan atas segala usaha Kartini yang diperuntukkan untuk perempuan pribumi. Sekolah Kartini pada awalnya dibangun di Semarang pada tahun 1912 lalu didirikan di beberapa tempat lainnya. Mari belajar dari R.A Kartini, didorong oleh pemikiran yang maju serta niat yang mulia untuk mengusahakan pendidikan untuk kaum wanita berhasil dia wujudkan dengan keyakinan yang besar. Betapa berharganya menjadi wanita yang merdeka dan alangkah bahagianya ketika segala hak terpenuhi.

 
Andi Al Amirah An Nabilah (Redaktur Ngemper)

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama