Seusai makan malam, aku mengutarakan isi hatiku kepada ayah
mengenai proses perkuliah dikampus.
"Ayah, aku mau
berhenti kuliah," tanyaku pada ayah. "Kenapa tiba-tiba.??" sergap ayah keheranan. "Lebih baik aku bekerja saja bisa
menghasilkan uang buat keluarga... lagian kuliah hanya buang-buang waktuku saja
ayah" Utaraku dengan penuh keikhlasan, saat itu. "Sabarlah sedikit Hidayah.." ucap ayah berusaha
menyadarkanku. Yah, Aku memang anak tertua diantara saudara-saudaraku sekaligus
anak yang paling keras kepala jika diberi tahu sesuatu.
Hampir setengah jam perdebatan sengit antara aku dan ayah
berlangsung, tak mudah kubiarkan ayah menerobos begitu saja kedalam cangkang
kekerasan kepalaku. Aku selalu berusaha mengeluarkan dalil-dalil tangkisan tiap
kali ayah memberiku nasihat, dengan keyakinan bahwa kuliah hanya akan mencetak
pengangguran massal tiap tahunnya dan termasuk aku salah satu calon hasil cetakannya.
"Sabarlah sedikit Hidayah."
lagi-lagi ayah melontarkan perkataan yang sama. "Aku capek ayah, mungkin kuliah bukanlah skillku." ujarku
diambang menyerah.
Hingga dalilku pun dipatahkan oleh ayah sembari mendekat
lalu dengan nada halus namun terdengar tegas ditelinga ku, seketika hening lalu
Ayah berkata "Hidayah, hiduplah seperti
pohon jangan seperti rumput". "Mengapa ayah.??" Tanyaku
penasaran, jarang-jarang ayah mengeluarkan jurus pamungkasnya. Meskipun ayah
bukanlah lulusan perguruan tinggi, tetapi ayah selalu membaca buku-buku diwaktu
luangnya. "Rumput memang cepat
tumbuh namun sewaktu-waktu mudah terinjak lalu mati". "Lalu ayah.??" Tanyaku semakin
penasaran "Sedangkan
pertumbuhan pohon membutuhkan waktu yang
lama dan kesabaran menunggunya hingga suatu waktu pohon akan menghasilkan buah
dan disinggahi berteduh oleh siapapun yang berada disekitarnya". "Lalu
aku harus bagaimana ayah?" Pintaku setengah memohon "Jangan mudah dikalahkan oleh angin
sepoi-sepoi, berusahalah keluar dari zona nyamanmu nak... Lawan kemalasanmu,
karena suatu saat jika kamu sudah menjadi pohon yang besar kamu akan terbiasa
oleh terpaan angin topan" Jelas ayah sambil menepuk-nepuk punggungku. "iya ayah, aku akan berusaha."
kataku mengakhiri perdebatan.
Nurhidayah
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.