Sepertinya aku sedikit berbeda dari gadis yang
beranjak 21 pada umumnya. Kebanyakan dari mereka mungkin mengharapkan kau memberikan kejutan pada
tengah malam dengan kue berhiaskan lilin yang akan mereka tiup sembari membuat
permohonan. Sebagian lagi mungkin berharap diberi ucapan selamat dengan
karangan bunga, ataupun cincin dan liontin. Yah, bagi beberapa orang itu memang
hal yang sangat romantis. Menurutku, tidak buruk juga. Tapi, aku tidak terlalu
mendambakan hal yang seperti itu.
Jika boleh saat tahun akan kembali mengulang
hari dimana aku dilahirkan, untuk beberapa jam biarkan aku sendirian. Aku ingin
merenungkan apa-apa saja yang telah dan akan aku lakukan. Biarkan aku bertemu
dengan “diriku” secara seksama. Seringkali aku lupa untuk menyapanya,
sepertinya ini adalah momen yang pas untuk sekedar menyapa dan bertanya kabar.
Seringkali memang aku merindukan “diriku” itu tapi entah mengapa sulit sekali
untuk bicara dengannya. Ada banyak tanya yang aku ingin “dia” jawab. Ini memang
momen yang tepat. Jadi sekali lagi selama beberapa jam itu biarkan aku sendirian
dengan “diriku” saja.
Setelah beberapa jam itu, setelah aku bertemu
dengan “diriku” aku siap bertemu dengan kalian. Berikanlah aku kado yang paling
romantis. Sudah kubilang aku tak butuh kejutan. Tak perlu ada bunga, coklat,
lilin, balon atau apalah itu. Aku juga tak butuh kau berikan barang-barang
mahal yang menguras dompetmu, aku ingin yang sederhana saja.
Aku jadi ingin tertawa sebab tiba-tiba terlintas dibenakku kalau sederhana yang kuminta ini adalah sederhana yang paling tidak sederhana. Lihatlah kaupun tertawa. Aku hanya ingin kau ada, aku hanya ingin merasakan dan dirasakanmu, rasanya itu sudah lebih dari cukup.
Tapi kalau kau memaksa, sebenarnya aku ingin
sekali diberikan secarik kertas. Pada kertas itu aku ingin kau tuliskan sajak
untukku, aku
ingin abadi disana. Tulislah apa saja tentang aku, lipatlah
kertas itu lalu masukkan kedalam amplop yang kau buat sendiri, mungkin akan lebih baik
kalau amplopnya berwarna abu-abu,
lalu berikan amplop
itu padaku tepat setelah aku bertemu “diriku”. Temanilah aku membacanya, biarkan aku membaca
kertas itu dan matamu. Jika aku tertawa membacanya temanilah aku tertawa, dan jika aku terharu aku ingin meminjam jarimu untuk mengusap air mataku
juga bahumu untuk bersandar dan menyembunyikan wajahku. Sudah kubilangkan aku
agak sedikit berbeda dari gadis kebanyakan, anggap saja aku unik. Ya walaupun itu sebenarnya
kedok untuk menghindari kata aneh. Tapi aku cukup bahagia. Terima kasih untuk
semuanya. Untuk yang telah lalu dan yang akan datang. Terima kasih kepada Ada
yang telah menjadikan aku, kamu, dan semuanya ada. Aku bahagia.
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.