April dan Dua Satu (21)


Sepertinya aku sedikit berbeda dari gadis yang beranjak 21 pada umumnya. Kebanyakan dari mereka mungkin mengharapkan kau memberikan kejutan pada tengah malam dengan kue berhiaskan lilin yang akan mereka tiup sembari membuat permohonan. Sebagian lagi mungkin berharap diberi ucapan selamat dengan karangan bunga, ataupun cincin dan liontin. Yah, bagi beberapa orang itu memang hal yang sangat romantis. Menurutku, tidak buruk juga. Tapi, aku tidak terlalu mendambakan hal yang seperti itu.

Jika boleh saat tahun akan kembali mengulang hari dimana aku dilahirkan, untuk beberapa jam biarkan aku sendirian. Aku ingin merenungkan apa-apa saja yang telah dan akan aku lakukan. Biarkan aku bertemu dengan “diriku” secara seksama. Seringkali aku lupa untuk menyapanya, sepertinya ini adalah momen yang pas untuk sekedar menyapa dan bertanya kabar. Seringkali memang aku merindukan “diriku” itu tapi entah mengapa sulit sekali untuk bicara dengannya. Ada banyak tanya yang aku ingin “dia” jawab. Ini memang momen yang tepat. Jadi sekali lagi selama beberapa jam itu biarkan aku sendirian dengan “diriku” saja.

Setelah beberapa jam itu, setelah aku bertemu dengan “diriku” aku siap bertemu dengan kalian. Berikanlah aku kado yang paling romantis. Sudah kubilang aku tak butuh kejutan. Tak perlu ada bunga, coklat, lilin, balon atau apalah itu. Aku juga tak butuh kau berikan barang-barang mahal yang menguras dompetmu, aku ingin yang sederhana saja.

Aku jadi ingin tertawa sebab tiba-tiba terlintas dibenakku kalau sederhana yang kuminta ini adalah sederhana yang paling tidak sederhana. Lihatlah kaupun tertawa. Aku hanya ingin kau ada, aku hanya ingin merasakan dan dirasakanmu, rasanya itu sudah lebih dari cukup.

Tapi kalau kau memaksa, sebenarnya aku ingin sekali diberikan secarik kertas. Pada kertas itu aku ingin kau tuliskan sajak untukku, aku ingin abadi disana. Tulislah apa saja tentang aku, lipatlah kertas itu lalu masukkan kedalam amplop yang kau buat sendiri, mungkin akan lebih baik kalau amplopnya berwarna abu-abu, lalu berikan amplop itu padaku tepat setelah aku bertemu “diriku”. Temanilah aku membacanya, biarkan aku membaca kertas itu dan matamu. Jika aku tertawa membacanya temanilah aku tertawa, dan jika aku terharu aku ingin meminjam jarimu untuk mengusap air mataku juga bahumu untuk bersandar dan menyembunyikan wajahku. Sudah kubilangkan aku agak sedikit berbeda dari gadis kebanyakan, anggap saja aku unik. Ya walaupun itu sebenarnya kedok untuk menghindari kata aneh. Tapi aku cukup bahagia. Terima kasih untuk semuanya. Untuk yang telah lalu dan yang akan datang. Terima kasih kepada Ada yang telah menjadikan aku, kamu, dan semuanya ada. Aku bahagia.

Kiki Rezki Ananda

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama