Politik Premanisme Ala Mahasiswa

Gambar Asli Bersumber IndoProgress

Kampus adalah miniatur negara merupakan suatu adagium yang akrab di telinga para aktivis mahasiswa, pernyataan ini tidak hadir begitu saja. Pada faktanya para aktivis mahasiswa memang sangat sering menjadikan kampus sebagai tempat belajar tentang kenegaraan; bagaimana menjadi masyarakat yang baik, bagaimana menjadi seorang politisi, bagaimana menjadi seorang peramu kebijakan publik hingga bagaimana menyelenggarakan negara dengan sistem trias politika dan demokrasinya.

Di manakah praktik negara-negaraan ini dilakukan? Tentu hampir di semua bagian yg ada di kampus, tapi pusat dari proses ini ada di organisasi kemahasiswaan . Kita bisa amati bagaimana organisasi kemahasiswaan dijalankan dengan selalu berupaya menghadirkan iklim demokrasi yang baik, lengkap dengan sistem trias politikanya yang terdiri atas lembaga yudikatif, eksekutif dan legislatif. Efek dari upaya meniru sistem kenegaraan ini adalah mahasiswa dipaksa memahami bagaimana sebenarnya negara diselenggarakan sehingga di antara mahasiswa pun muncul para elit politik mahasiswa, para legislator hingga rakyat biasa (mahasiswa lain) yang menyampaikan aspirasinya.

Tentu pola pengembangan organisasi mahasiswa seperti ini akan berefek baik, karena mahasiswa adalah embrio pemimpin bangsa di masa depan, sehingga kampus bisa menjadi prakondisi bagi mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat dengan sistem kenegaraan yang lebih kompleks.

Baca Juga : Pelangi Cinta yang Tak Bermakna

Kampus dengan berbagaimacam instrumen kelembagaannya akan menghadirkan pula proses demokrasi yang kemungkinan akan mengadakan perhelatan politik atau kontestasi dalam memilih dan menentukan pemimpinnya. Di dalam tradisi ini lah praktik politik yang sebenarnya akan terlihat. Mahasiswa dengan ragam latar belakang kelompok atau organisasi akan melakukan berbagaimacam manuver politik demi kemenangan kandidat atau kelompok koalisinya.

Manuver politik tentu sah-sah saja dalam pertarungan politik, sayangnya dalam kontestasi politik mahasiswa acap kali manuver politik yang diambil tidak lagi terbilang sehat. Praktik kecurangan dalam pertarungan politik menjadi sesuatu yang sangat hina sebenarnya, yang sayangnya juga sering dipraktikan oleh mahasiswa. Praktik kecurangan seperti intrik dan black campign, money politic, penggelembungan suara, hingga politik premanisme telah sering ditemui. Maka tidak jarang bentrokan antar mahasiswa terjadi-saat kontestasi politik kampus bergulir-bisa saja karena persoalan perbedaan pilihan atau untuk memenangkan kandidatnya.

Mahasiswa paham politik tentu itu baik tapi apa bila mahasiswa sudah menyentuh praktik politik kotor dengan pola politik premanisme dan kecurangan politik lainnya tentu hal ini bernilai buruk, sebab mahasiswa menjadi elemen paling berpotensi melanjutkan estapet kepemimpinan bangsa nantinya dan tentu kampus dengan segala instrumen yang ada di dalamnya adalah ruang untuknya belajar. Jika semasa mahasiswa saja sudah terbiasa dengan politik premanisme yang memanfaatkan kekuatan gontok-gontokan fisik ala preman pasar demi kemenangan, bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa ini di tangan mereka.

Politik premanisme di kalangan mahasiswa juga telah mencoreng nama baik mahasiswa sebagai kelompok intelegensia yang diharapkan akan memperbaiki bangsa. Nama mahasiswa sebagai kelompok terpelajar akan tercoreng dengan stigma negatif yang memalukan khususnya di mata masyarakat umum. Semestinya mahasiswa yang identik dengan rasionalitas bisa melakukan manuver-manuver politik yang lebih terhormat dan bermoral, memenangkan kandidatnya dengan jalan yang lebih elegan tanpa kecurangan mau pun tindak kekerasan. Kalah dengan terhormat tentu lebih baik dari pada menang dengan intrik politik yang kotor.

Baca Ngampus Lainnya Di Sini

Mahasiswa dan politik praktis adalah dua hal yang selalu beriringan, mahasiswa yang dekat dengan giat-giat aktifisme biasanya menjadikan pamor dan popularitas di lembaganya hanya sebagai batu loncatan untuk merajut karir politiknya setelah bermahasiswa. Maka mungkin tidak berlebihan jika menganggap wajah politik bangsa ini di masa depan akan tercermin dengan melihat bagaimana wajah politik mahasiswa hari ini.

Baca Juga : Gerakan Mahasiswa; Dari Politik Jalanan ke Politik Parlementariat

Oleh karena itu, seharusnya mahasiswa hari ini mesti lebih menjunjung tinggi nilai-nilai rasionalitas dan menitikberatkan langkah politiknya pada nilai-nilai moral yang jujur dan demokratis tanpa praktik kekerasan dalam prosesnya. Mahasiswa haruslah menunjukkan wajah suci dari politik yang terlanjut dikotori oleh para oligarki dan kroni-kroninya yang menjadi penguasa sistem hari ini, karena politik mahasiswa seharusnya adalah politik yang bermoral, demokratis dan bervisi kerakyatan.


Chandra Soesilo
Mantan Perdana Menteri NKRG (Negara Kesatuan Republik Gabut)

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan tidak mengandung unsur SARA, menyinggung kelompok gender tertentu apalagi klub sepak bola, please jangan lakukan itu.

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama